Minggu, 08 April 2012

GURU KOMPONEN PENTING DARI PENDIDIKAN

GURU SEBAGAI KOMPONEN PENTING
DALAM DUNIA PENDIDIKAN

            Guru Adalah figur manusia yang diharapkan kehediran dan peranannya dalam pendidikan, sebagai sumber yang menempatiposisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan.[1] antara muri dan guru adalah komponen pendidikan yang tidak dapat dipisahkan.
Dalam ketentuan umum UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada berbagai jenjang dan jenis pendidikan formal. Selanjutnya untuk menjamin keterlaksanaan tugasnya yang utama tersebut, Pasal 8 undang-undang yang sama mensyaratkan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk itu dilaksanakanlah program peningkatan kualifikasi dan sertifikasi guru sejak tahun 2006/2007 di semua jenjang dan jenis pendidikan formal. Terlepas dari ekses negatif yang muncul, kedua program tersebut merupakan komponen penting dalam road map kebijakan menuju profesionalisme guru, yang  juga diikuti dengan beberapa penelitian yang terkait.[2]
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (UU Guru dan Dosen: Pasal 1). Sebagai pendidik professional selainguru wajib memliki kualifikasi akademik minimal S1 atau D4, kompetensi (paedagogik, professional, pribadi, dan social), juga wajib memiliki sertifikat pendidik.
Oleh karena itu, me­wujud­kan pendidikan berkualitas merupakan suatu keharusan. Namun banyak faktor yang menentukan untuk mencapai pendidikan berkualitas tersebut. Sumber masalah rendahnya kualitas pendidikan dapat bersumber dari guru, input siswa, kurikulum, fasilitas dan dana. Masing-masing harus berfungsi sebagaimana mes­tinya. Kelemahan pada salah satu sub sistem akan berakibat pada sub sistem lainnya.
Meskipun demikian, guru memiliki peran utama dan sangat penting. Sebab, guru merupakan pelaku, penggerak, dan ujung tombak dalam proses pendidikan. Sebagai pendidik, guru harus menunjukan diri sebagai anggota masyarakat belajar (learning sociaty).
Demikian pentingnya guru, di negara-negara maju, seperti Amerika dan Eropa, jika ingin mendirikan sekolah, hal yang pertama dicari dan dibicarakan adalah siapa saja guru yang akan mengajar di sekolah tersebut. Sebaik apa pun fa­silitas, input siswa, dan desain kurikulum, tanpa guru yang berkompeten, akan sulit me­wujudkan pendidikan ber­kualitas tinggi.
Siapapun sependapat bahwa guru merupakan unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan khususnya di tingkat insitusional dan instruksional. Tanpa guru, pendidikan hanya akan menjadi slogan muluk karena segala bentuk kebijakan dan program pada akhirnya akan ditentukan oleh kinerja pihak yang berada di garis terdepan yaitu guru. “No teacher no education, no education no economic and social development” demikian prinsip dasar yang diterapkan dalam pembangunan pendidikan di Vietnam berdasarkan amanat Bapak bangsanya yaitu Ho Chi Minh. Guru menjadi titik sentral dan awal dari semua pembangunan pendidikan. Di Indonesia guru masih belum mendapatkan posisi yang seharusnya dalam kebijakan dan program-program pendidikan. Saatnya kini membuat kebijakan dengan paradigma baru yaitu membangun pendidikan dengan memulainya dari subyek “guru”. Tanpa itu semua dikhawatirkan mutu pendidikan tidak sampai pada cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengembangan sumber daya manusia.[3]
Dalam konteks pendidikan Islam, guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi murid. Gurulah yang member santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak dan membenarkanya, maka menghormati guru berarti menghormati anak-anak pula.[4] Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa manusia menduduki posisi khalifah di muka bumi seperti tercermin pada Q.S. Al-Baqarah: 30, Yang artinya “Ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat: Aku akan menciptakan khalifah di atas bumi”. Manusia akan mampu mempertahankan kekhalifahannya jika ia dibekali dengan potensi-potensi yang membolehkannya berbuat demikian.[5] Tujuan hidup manusia ialah memperoleh keridhaan Allah. Jika demikian, tujuan akhir pendidikan Islam ialah manusia yang diridhai Allah SWT, yaitu manusia yang menjalankan peranan idealnya sebagai hamba dan khalifah Allah secara sempurna.[6]
Pendidik menurut Islam bukanlah sekedar pembimbing melainkan juga sebagai figure teladan yang memiliki karakteristik baik. Dengan begitu pendidik muslim mestilah aktif dari dua arah: secara eksternal dengan jalan mengarahkan/membimbing peserta didik, secara internal dengan jalan merealisasikan karakteristik akhlak mulia.[7]
Seorang guru juga harus mempunyai iman yang kuat. Iman itu, meskipun diyakini dalam hati dan diucapkan dengan lisan, ia terwujud dalam perbuatan. Jadi, sebagai bukti orang itu beriman, tidaklah diukur dari kedalaman hatinya karena hal tersebut yang tahu hanyalah Allah Swt. Dan orang itu sendiri, melainkan diukur dari amalnya. Jika oramg tersebut taat beribadah, beramal saleh, dan meninggalkan perbuatan maksiat atau dosa, dan itu dilakukan karena Allah Swt. Semata maka itulah wujud dari iman. Kualitas iman seseorang dinyatakan dalam ketaatan dan kesalehannya, dan hal ini bersifat subjektif, individual, serta batiniah.[8]
Dengan Kompetensi Yang Demikian Diharapkan Guru Mampu memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan karena guru merupak komponen yang fital, Karena guru merupakan yang mentranformasi ilmu pengetahuan, walaupun diakui di dalam era yang semakin canggih guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu tetapi pada tataran pendidikan dasar guru memerankan peranan penting.
Jadi, guru merupakan juru kunci keberhasilan pendidikan. Banyak hasil penelitian menga­takan bahwa teacher clarity (kejelasan guru) punya korelasi yang positif dan tinggi dengan hasil belajar dan kepuasan siswa. Cruicshank (1986), Frey (1975) menemukan bahwa presentasi yang jelas akan memberikan pengaruh yang signifikan dalam mem­per­siapkan siswa menghadapi ujian akhir.
Good dan Grows (1977) juga berpendapat bahwa ke­jelasan dalam penyajian pe­lajaran adalah salah satu keterampilan yang penting dalam pengajaran yang efektif bagi siswa. Selanjutnya  Evans  dan Guyman (1978) menge­mukakan bahwa para siswa yang punya persepsi bahwa guru mereka mengajar dengan jelas, secara meyakinkan mem­peroleh skor yang lebih tinggi dalam ujian.
Guru yang di­kategorikan jelas yaitu guru yang punya kompetensi. Kom­petensi guru, yaitu guru  itu mampu/menguasai: bidang studi, keterampilan mengajar, karakteristik siswa, merancang PBM, memilih metode belajar mengajar, memanfaatkan me­dia, evaluasi PBM, menilai prestasi belajar, berkomunikasi, dan manajemen kelas.[9]
Di samping itu, guru harus punya karakter. Karakteristik guru merupakan ciri yang bersifat personal dan bersifat lebih permanen. Meskipun begitu, karakter bukanlah bawaan yang tak bisa diubah. Sebaliknya, setiap guru mesti meyakini bahwa karakter tersebut dapat dipelajari dan dapat ditingkatkan. Dan yang paling penting dari seorang guru adalah yang beriman dan berakhlak mulia yang mampu menjadi contoh bagi murid-muridnya.
NAMA                        : MUNAWAROH
ALAMAT                   : BULUNGAN RT. 07 RW. 05
TELPON                     : 081 326 278 330
KECAMATAN          : PAKIS AJI, JEPARA
PEKERJAAN             : GURU
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, paradigma baru pendidikan hadhari berbasis integratif interkonektif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011).
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2009).
Maksum, Madrasah: Sejarah & Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999).
Hery Noer Aly, MA, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999).


[1] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), Hlm. 59.
[4] Al-Syaibani, dalam, Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, paradigma baru pendidikan hadhari berbasis integratif interkonektif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011).
[5] Maksum, Madrasah: Sejarah & Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 45.
[6] Hery Noer Aly, MA, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 78.

[7] Abd. Rachman Assegaf.,Ibid.
[8] Ibid., hlm. 95.

0 komentar:

Posting Komentar