Sabtu, 07 April 2012

telaah PAI

Bab I
Mata pelajaran fiqih
Madrasah tsanawiyah

 


1.         Pendahuluan

a.         Latar belakang mapel fiqih

Di dalam uu no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di madrasah adalah pendidikan agama islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa serta berakhlak mulia.
Pendidikan agama islam di madrasah tsanawiyah terdiri atas empat mata pelajaran,  yaitu: al-qur'an-hadis, akidah-akhlak, fikih, dan sejarah kebudayaan islam. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. Al-qur'an-hadis merupakan sumber utama ajaran islam, dalam arti ia merupakan sumber akidah-akhlak, syari’ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Akidah (usuluddin) atau keimanan merupakan akar atau pokok agama. Syariah/fikih (ibadah, muamalah) dan akhlak berti­tik tolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup). Syari’ah/fikih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan allah, sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olahraga/kesehatan, dan lain-lain) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. Sejarah kebudayaan islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidu­pannya yang dilandasi oleh akidah.
Pendidikan agama islam (pai) di madrasah tsanawiyah yang terdiri atas empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Al-qur'an-hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek akidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna. Aspek akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek fikih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Aspek sejarah kebudayaan islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban islam.
Penyusunan standar kompetensi (sk) dan kompetensi dasar (kd) mata pelajaran akidah-akhlak di madrasah tsanawiyah ini dilakukan dengan cara mempertimbangkan dan me-review  peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi (si) untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, mata pelajaran pendidikan agama islam aspek keimanan/akidah dan akhlak untuk smp/mts, serta memperhatikan surat edaran dirjen pendidikan islam nomor: dj.ii.1/pp.00/ed/681/2006, tanggal 1 agustus 2006, tentang pelaksanaan standar isi, yang intinya bahwa madrasah dapat meningkatkan kompetensi lulusan dan mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi.

b.         Tujuan mapel fiqih
Pembelajaran fikih  diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikankan dalam kehidupan sehingga  menjadi muslim yang selalu taat  menjalankan syariat islam secara kaaffah (sempurna).
Pembelajaran fikih di madrasah tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: (1) mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan allah yang diatur dalam fikih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fikih muamalah. (2) melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.

c.         Ruang lingkup mapel fiqih
Ruang lingkup fikih di madrasah tsanawiyah meliputi ketentuan pengaturan hukum islam dalam menjaga keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan allah swt dan hubungan manusia dengan sesama manusia.  Adapun ruang lingkup mata pelajaran fikih di madrasah tsanawiyah meliputi :
a.    Aspek fikih ibadah meliputi: ketentuan dan tatacara taharah, salat fardu, salat sunnah, dan salat dalam keadaan darurat,  sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur. 
b.    Aspek fikih muamalah  meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam-  meminjam, utang piutang, gadai, dan borg serta upah.



Bab II
Standar kompetensi dan kompetensi dasar
Fiqih mts

            standar kompetensi ( sk ) dan kompetensi dasar ( kd ) yang mengacu pada permenag ( perauran menteri agama ) ri no. 2. Tahun 2008.
A. Kelas VII, semester 1
Standar kompetensi
Kompetensi dasar
1.      Melaksanakan ketentuan taharah (bersuci)
1.1        Menjelaskan macam-macam najis dan tatacara taharahnya ( bersucinya )
1.2     menjelaskan hadas kecil dan tatacara taharahnya
1.3     menjelaskan hadas besar dan tatacara taharahnya 
1.4     mempraktikkan bersuci dari najis dan hadas
2.      Melaksanakan tatacara salat fardu dan sujud sahwi

2.1       menjelaskan tatacara salat lima waktu
2.2       menghafal bacaan-bacaan salat lima waktu
2.3       menjelaskan ketentuan waktu salat lima waktu
2.4       menjelaskan ketentuan sujud sahwi
2.5       mempraktikkan salat lima waktu dan sujud sahwi
3.      Melaksanakan tatacara azan, iqamah ,salat jamaah


3.1     menjelaskan ketentuan azan dan iqamah
3.2     menjelaskan  ketentuan salat berjamaah
3.3     menjelaskan ketentuan makmum masbuk
3.4     menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa
3.5     menjelaskan cara mengingatkan imam yang batal
3.6     mempraktikkan azan, iqamah, dan salat jamaah
4.    Melaksanakan tatacara berzikir dan berdoa setelah salat
4.1     menjelaskan tatacara berzikir dan berdoa setelah  salat
4.2     menghafalkan bacaan zikir dan doa setelah salat 
4.3     mempraktikkan zikir dan doa

B. Kelas VII, semester 2
Standar kompetensi
Kompetensi dasar
1.      Melaksanakan tatacara salat wajib selain salat lima waktu
1.1     menjelaskan ketentuan salat dan khutbah jumat
1.2     mempraktikkan khutbah dan salat jumat
1.2     menjelaskan ketentuan salat jenazah
1.3     menghafal bacaan-bacaan salat jenazah 
1.4     mempraktikkan salat jenazah

2.   Melaksanakan tatacara salat jama’, qhasar, dan jama’ qasar serta salat dalam keadaan darurat    
2.1 menjelaskan ketentuan salat jama’, qashar dan  jama’ qashar
2.2  mempraktikkan salat jama’, qashar dan  jama’ qashar
2.3 menjelaskan ketentuan salat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan di kendaraan
2.4 mempraktikkan salat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan di kendaraan
3. Melaksanakan tatacara salat sunnah muakkad dan ghairu muakkad
2.1        Menjelaskan ketentuan salat sunnah muakkad
2.2        Menjelaskan macam-macam salat sunnah muakkad
2.3        Mempraktikkan salat sunnah muakkad
2.4        Menjelaskan ketentuan salat sunnah ghairu muakkad
2.5        Menjelaskan macam-macam salat sunnah ghairu muakkad   
2.6        Mempraktikkan salat sunnah ghairu muakkad

       c. Kelas VIII, semester 1
Standar kompetensi
Kompetensi dasar
1.      Melaksanakan tata cara sujud di luar salat
1.1     Menjelaskan ketentuan sujud syukur dan tilawah 
1.2     Mempraktikkan sujud syukur dan 
Tilawah
2.      Melaksanakan tatacara puasa
2.1     Menjelaskan  ketentuan puasa
2.2     Menjelaskan macam-macam puasa
3.      Melaksanakan tatacara zakat
3.1  Menjelaskan ketentuan zakat fitrah dan   zakat maal
3.2  Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat 
3.3  Mempraktikkan pelaksanaan zakat fitrah dan maal

      d.  Kelas VIII, semester 2
Standar kompetensi
Kompetensi dasar
1.   Memahami ketentuan pengeluaran  harta di luar zakat
1.1  Menjelaskan ketentuan-ketentuan shadaqah, hibah dan hadiah
1.2  Mempraktikkan sedekah, hibah dan hadiah
2.   Memahami hukum islam tentang haji dan umrah
2.1  Menjelaskan ketentuan ibadah haji dan umrah
2.2  Menjelaskan macam-macam haji   
2.3  Mempraktikkan tatacara ibadah haji dan umrah
2.      Memahami hukum islam tentang makanan dan minuman
2.1  Menjelaskan jenis-jenis  makanan dan minuman halal
2.2  Menjelaskan manfaat mengkonsumsi makanan dan minuman halal
2.3  Menjelaskan  jenis-jenis makanan dan minuman haram
2.4  Menjelaskan bahayannya mengkonsumsi makanan dan minuman haram
2.5.  Menjelaskan jenis-jenis  binatang yang halal dan haram dimakan   
      
      e. Kelas IX, semester 1
Standar kompetensi
Kompetensi dasar
1.   Memahami tata cara penyembelihan, kurban, dan akikah
1.1    menjelaskan ketentuan penyembelihan
          binatang
 1.2    menjelaskan ketentuan kurban
1.3    menjelaskan ketentuan akikah 
1.4    mempraktikkan tatacara kurban dan
          Akikah
2.    memahami tentang muamalah
2.1    menjelaskan ketentuan jual beli
2.2    menjelaskan ketentuan qiradh
2.3    menjelaskan jenis-jenis riba  
2.4     mendemonstrasikan ketentuan pelaksanaan jual beli, qiradh, dan riba

      f.  Kelas IX, semester 2
Standar kompetensi
Kompetensi dasar
1.  Memahami muamalah di luar jual beli
1.1    Menjelaskan ketentuan pinjam meminjam
1.2    Menjelaskan ketentuan  utang piutang, gadai, dan borg 
1.3    Menjelaskan ketentuan  upah
1.4    Mendemonstrasikan ketentuan tata cara pelaksanaan pinjam meminjam, utang piutang, gadai dan borg serta pemberian upah  
2.   Melaksanakan tatacara perawatan jenazah dan ziarah kubur
2.1    Menjelaskan  ketentuan  tentang pengurusan jenazah, takziyah dan ziarah kubur
2.2    Menjelaskan ketentuan-ketentuan harta si mayat (waris) 
2.3    mempraktikkan tatacara pengurusan jenazah



Bab III
Uraian tentang materi fiqih mts

1.    Kelas VII, semester I
BAB 1 : THAHARAH
1.    Thoharoh
a.         Pengertian thoharoh
       thaharah menurut bahasa sama dengan nadhafah artinya bersih dan suci, sedangkan menurut istilah adalah membersihkan diri, pakaian, tempat dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut cara-cara yang ditentukan oleh syariat islam
B.   Macam-macam alat thoharoh
Alat atau benda yang dapat digunakan untuk bersuci menurut islam ada dua macam, yakni benda padat dan benda cair.
-       Benda padat seperti: batu, pecahan genting, batu merah, kertas, kayu, dan kapas
-  benda cair seperti: air. Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah air mutlak yakni air yang tidak tercampuri sesuatupun dari najis.
C.   Macam-macam air
1. Air suci dan mensucikan
2. Air suci tetapi tidak mensucikan
3. Air yang terkena najis
4. Air yang dipanaskan

2.  Macam-macam najis dan tatacara thaharahnya (bersucinya)
Najis dibagi menjadi tiga macam, yaitu najis mughaladhah, mutawasitah dan mukhaffafah.
1.    Najis Mughalaadhah (berat) yaitu najis yang berasal dari hewan anjing, babi, atau anak-anaknya dan hewan yang lahir dari hasil perkawinannya walaupun berbentuk binatang suci.
Cara mensucikanya adalah menghilangkan wujud najisnya lalu dicuci dengan air mtlak sebnyak 7 (tujuh) kali dan salah satunya dengan tanah.
2.    Najis Mukhaffafah (ringan) yaitu najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang kurang dari 2 (dua) tahun dan belum makan apa-apa kecuali ASI (air susu ibu).
Cara mensucikannya cukup dengan memercikan air pada tempat/ benda yang terkena najis itu.
3.    Najis Mutawasitah (sedang) yaitu selain najis mukaffafah dan mughaladhah. Contohnya seperti kotoran manusia/hewan, darah, nanah, arak, muntah, air kencing dan lain sebagainya. Najis mutawasitah terbagi menjadi 2 yaitu:
1.    Najis Hukmiyah yaitu najis yang diyakini adanya tetapi tidak ada bau, rasa ataw wujudnya (tidak dapat dilihat mata)
Cara mensucikannya adalah dibasuh tempat yang di yakini terkena najis.
2.    Najis ‘Ainiyah yaitu najis yang dapat dilihat oleh kasat mata.
Cara mensucikannya adalah harus menghilangkan wujud najis atau sifat-sifatnya (rasa,bau dan rupa) kemudian dialirkan air yang mutlak.   

3.        Hadas kecil dan tata cara tharohnya
Hadas dibagi menjadi dua yaitu hadas kecil dan hadas besar.
Hadas kecil adalah sesuatu yang terjadi pada seseorang yang telah berwudhu. Hadas kecil ini harus disucikan dengan wudhu dan tayamum.
1.      Ketentuan berwudhu
Wudlu menurut bahasa artinya adalah bersih. Sedangkan menurut Istilah menggunakan air pada anggota tubuh tertentu dengan disertai syarat dan rukun wudlu
a.    Syarat wudlhu
1.      Islam
2.      Mumayyiz
3.      Tidak berhadas besar
4.      Menggunakan air yang suci dan menyucikan
5.      Tidak ada barang yang menghalangi sampainya air ke kulit
b.    Rukun wudlu
Rukun wudlu adalah segala hal yang harus dikerjakan pada saat berwudlu. Jika kurang salah satu rukun wudlu, msks wudlunya tidak sah.
Rukun wudlu ada 6 (enam) yaitu:
1.      Niat
2.      Membasuh muka
3.      Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
4.      Mengusap sebagian kepala
5.      Membasuh dua kaki hingga mata kaki
6.      Tertib
c.    Sunah wudlu
Sunah adalah perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggal tidak apa-apa. Sunah wudlu adalah perkara-perkara yang dianjurkan untuk dilakukan saat wudlu. Sebaiknya kita juga mengerjakan sunah wudlu agar wudlu kita menjadi sempurna.
Sunah wudlu ada banyak, diantara sunah wudlu antara lain:
1.      Membaca basmalah
2.      Membasuh dua telapak tangan
3.      Kumur-kumur
4.      Bersiwak
5.      Menghadap kiblat
6.      Membasuh anggota wudlu tiga kali
7.      DLL
d.   Hal-hal yang membatalkan wudlu
1.    Keluar sesuatu dari qubul atau dubur
2.    Persentuhan kulit langsung antara pria dan wanita yang bukan muhrim
3.    Menyentuh kemaluan atau dubur milik sendiri atau milik orang lain yang sejenis dengan menggunakan telapak tangan
4.    Hilang akal
5.    Tidur kecuali tidur dalam keadaan duduk yang pantatnya menetap pada tempat duduknya
2.      Niat dan do’a setelah wudlu
Niat wudlu
نويت الوظوء لرفع الحدث الاصغر فرضا لله تعالي
Saya niat berwudu untuk menghilangkan hadas kecil, wajib/fardu karena Alllah SWT
Do’a setelah wudlu
اشهد ان لا اله الّا الله وحده لا شريك له واشهد انّ محمّدا عبده ورسوله . اللّهمّ اجعلني من التّوّبين  واجعلني من المتطهّرين واجعلني من عبادك الصّالحين
Saya bersaksi bahwa tiada tuhan yang wajib d sembah kecuali Allah yang maha esa dan tiada sekutu bagi-nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusannya. Ya Allah jadikanlah aku dalam golongan orang yang bertaubat dan jadikanlah aku golongan orang yang bersih/suci dan jadikanlah aku hambamu yang salih.
3.      Praktik cara berwudlu
Yang dilakukan ketika berwudlu adalah:
b.    Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan
c.    Berkumur-kumur dan membersihkan lubang hidung
d.   Membasuh muka tiga kali sambil membaca niat
e.    Membasuh kedua tangan sampai siku-siku tiga kali dari tangan kanan kemudian tangan kiri.
f.     Mengusap sebagian kepala tiga kali
g.    Mengusap kedua daun telinga bagian dalam dan luar tiga kali
h.    Membasuh dua kaki hingga mata kaki tiga kali, dimulai kaki kanan kemudian kaki kiri.
i.      Berdo’a.

4.        HADAS BESAR DAN TATA CARA THAHARAHNYA
Hadas besar adalah sesuatu yang terjadi karena mengeluarkan air mani, haid, melahirkan, nifas, bersetubuh, dan lainnya.
Cara bersuci dari hadats besar ini adalah dengan melaksanakan mandi besar atau diganti tayamum dengan syarat:
1.    Jika tidak ditemukan air
2.    Terdapat air tetapi hanya cukup untuk diminum manusia atau binatang yang dimulyakan syara’
3.    Jika menggunakan air dapat memperparah sakit dan membahayakan kesehatan.
a.    Pengertian Mandi
Mandi menurut syari’at Islam adalah mengalirkan air suci dan mensucikan dengan meratakan ke seluruh tubuh desertai niat,
Adapun mandi besar hukumnya ada dua (2) macam
1.    Fardlu ‘ain yaitu yang harus dilaksanakan oleh masing-masing orang islam yang telah mengalami sesuatu hal yang ,menyebabkan diwajibkan mandi besar. Contohnya seseorang yang habis bersetubuh dengan istrinya, atau mengalami mimpi basah.
2.    Sunnah Muakkad, yaitu mandi sunat yang dilakukan oleh masing-masing orang islam karena mengalami suatu hal yang menyebabkan disunatkan mandi. Contohnya, mandi untuk melakukan shalat Jumat.
b.   Tata Cara Mandi
Adapun cara mandi besar adalah dengan:
1.      Membasuh telapak tangan lalu
2.      Membasuh qubul dan dubur dengan niat mandi
3.      Berwudhu dengan niat melakukan kesunatan mandi, bila ia sebelumnya tidak berhadas kecil.
4.      Dan dengan berniat menghilangkan hadas, jika ia sebelum mandi mempunyai hadas kecil
5.         Membaca basmalah yang disertai niat menghilangkan hadas sambil menyiramkan air dan menggosok-gosok kepala
6.      Menyiramkan air ke seluruh badan
7.      Mendahulukan anggota badan sebelah kanan, disusul yang sebelah kiri
8.      Menggosok-gosok badan ke semua arah yang mingkin dijangkau oleh tangan.
c.    Macam-macam Mandi
Dalam syari’at Islam mandi ada 2 macam yaitu mandi wajib dan mandi sunah.
1.      Mandi Wajib (mandi Junub) yaitu mandi yang dilakukan seseorang karena berhadas besar.
Hal-hal yang mewajibkan mandi wajib berlaku bagi laki-laki dan perempuan adalah:
a.    karena keluar sperma (baik karena mimpi atau sebab lain)
b.    karena bersetubuh (walaupun tidak keluar sperma)
c.    karena meninggal dunia, kecuali mati syahid dalam membela agama Allah, dan bayi lahir berusia kurang enam (6) bulan. Saat lahir tidak ada tanda-tanda hidup.
Adapun hal-hal yang mewajibkan mandi wajib atau mandi junub Khusus berlaku bagi perempuan adalah:
a) karena sehabis haid
b) karena habis bersalin (wiladah)
c) karena Nifas
2.  Mandi sunah adalah mandi yang dianjurkan oleh Rasulallah SAW. Mandi sunat  meliputi:
a. Mandi hari Jum’at yaitu bagi orang yang hendak melaksanakan sholat Jum’at di sunahkan mandi
b. mandi dua hari raya
c. mandi bagi orang yang baru masuk islam
d. mandi bagi orang yang baru sembuh dari gila
e. mandi ketika hendak ihtram haji atau umrah
f. mandi setelah memandikan mayat
d.   Syarat, Rukun dan Sunah Mandi
1.      Syarat-syarat Mandi
a.     Beragama islam
b.    Mumayyiz
c.     Menggunakan air yang suci menyucikan
d.    Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke badan
e.     Tidak dalam keadaan haid nifas
2.      Fardlu (Rukun) Mandi
Adalah sesuatu yang harus dikerjakan pada waktu mandi. Jika seseorang tidak mengerjakan salah satunya maka batallah mandinya.
Fardlu (Rukun) Mandi ada dua (2) macam:
a.       Niat
b.      Meratakan air keseluruh tubuh
3.      Sunah Mandi
Sunah mandi adalah sesuatu yang dianjurkan ketika mandi, yaitu:
a.       Membaca basmalah
b.      Menghilangkan kotoran dan najis
c.       Berkumur
d.      Menghisap air ke dalam lubang hidung
e.       Berwudlu
f.       Membasuh dengan diulang 3 kali
g.      Meneliti kulit yang terlipat
h.      Menndahulukan anggota badan yang kanan
i.        Menghadap kiblat
j.        Meninggalkan berbicara
k.      Meninggalkan menghanduki
l.        Berturut-turut
m.    Menggosok seluruh badan dengan tangan
n.      Berdo’a setelah mandi dengan mendongakkan wajah ke atas

5.        PRAKTIK BERSUCI DARI NAJIS
1.    Bila pakaian, tubuh dan tempat kita terkena najis seperti darah, nanah, air kencing, kotoran hewan ternak dan lainnya, pertama hilangkan dahulu wujud najis (ainiyah). Gunakan sabun pencuci seperlunya untuk membantu menghilangkan bekas najis, lalu alirkan/basuhkan air secukupnya. Bukan malah menaruhkan atau menyelupkan ke dalam suatu bejana air yang jumlahnya kurang dari dua 2 kulah. Bila bekas najis sulit dihilangkan walaupun sudah menggunakan sabun pencuci, maka hokum bekas najis itu di ma’fu
2.    Najis sehabis berak atau kencing boleh diceboki (istinja) dengan menggunkan usapan benda padat yang suci dan menyucikan paling sedikit jumlahnya tiga (3) buah dan paling banyak secukupnya, seperti batu, tanah. Kertas. Dan lainya dan atau menggunakan air. Namun yang lebih utama cebok dengan menggunakan air, sebab air dapat menghilangkan najis dan bekasnya.
3.    Tanah yang terkena air kencing cara menyucikannya cukup disiram rata dengan air
4.    Bila bangkai binatang jatuh pada benda cair seperti dalam kuah, maka buanglah karena menjadi najis. Akan tetapi bila bangkai binatang terjatuh pada benda cair yang mengenyal seperti bubur nasi, maka buanglah bangkai dan bubur yang dikenai serta sekitarnya.
Cara Bersuci dari kotoran
1.      Kotoran separti keringat, terkena sisa makanan, terkena debu dan sejenisnya maka cara menyucikannya adalah dengan sabun atau detergent. Apabila kotoran ditempat yang licin atau mengkilat seperti keramik maka cukup dilap dengan kain, kapas atau air hingga bersih dan kering.
2.      Kotoran seperti cat, getah dan sebagainya maka dibersihkan dengan minyak tanah atau bensin.
3.      Kotoran hati seperti kikir, riya, su’uzon, ghibah dan sejenisnya maka dibersihkan dengan bertaubat dan meminta ampunan kepada Allah, serta meminta maaf pada orang yang dibicarakan kejelekannya.

BAB 2 : SHALAT FARDU DAN SUJUD SAHWI
1.      Tata cara shalat lima waktu
a.    Pengertian sholat
Sholat menurut bahasa artinya do’a, sedangkan menurut istilah sholat berarti segala perkataan dan perbuataan yang diawali dengan niat dan diakhiri dengan salam menurut cara-cara dan syarat-syarat yang telah ditentukan.
b.    Syarat Wajib Sholat Lima Waktu
1.    Islam                                                    4.   Suci dari haid dan nifas
2.    Baligh                                                  5.   Sudah datang waktu sholat                     
3.    Berakal
c.    Syarat Sah Sholat Lima Waktu
1.    Suci dari hadas kecil dan besar
2.    Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis
3.    Menutup aurat
4.    Mengetahui masuk waktunya sholat
5.    Menghadap kiblat
d.   Rukun Sholat Lima Waktu
1.    Niat
2.    Berdiri bagi yang mampu
3.    Takbiratul ihram yang menyertakan niat
4.    Membaca surat Al-Fatihah
5.    Ruku’ dan tumakninah
6.    I’tidal dan tumakninah
7.    Sujud dua kali dan tumakninah
8.    Duduk di antara dua sujud dan tumakninah
9.    Duduk tasyahud akhir
10.     Membaca tasyahud akhir
11.     Membaca sholawat pada tasyahud akhir
12.     Salam yang pertama
13.     Tertib urutan rukunnya
e.    Sunah-sunah Sholat Lima Waktu
     Ada 2 macam sunah dalam sholat yaitu:

0 komentar:

Posting Komentar