Minggu, 08 April 2012

metodologi penelitian PAI

KATA PENGANTAR

Dalam pandangan islam pendidikan merupakan hal yang dangat utama untuk membentuk manusia berakhlakul karimah. Pendidikan agama islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, spiritual dan intelektual, individu dan kelompok, dan mendorong seluruh aspek tersebut ke arah pencapaian kesempurnaan hidup.
Pelajaran agama islam  diberikan kepada peserta didik untuk dapat menghantarkannya mempunyai sikap akhlakul karimah mampu membedakan benar dan salah, memilih sesuatu yang bermanfaat atau sebaliknya merugikan. Menurut Ajang Lesmana tentang pendidikan dalam islam mengemukakan bahwa : Pendidikan dalam islam berusaha menumbuhkan kembangkan potensi peserta didik agar dalam sikap hidup, tindakan dan pendekatannya terhadap ilmu pengetahuan diwarnai oleh nilai etik religius. [1]
Pendidikan agama islam memegang peran sentral karena memproses manusia untuk memiliki keseimbangan religius – spirit dengan profran – materi. Islam sangat memperhatikan pendidikan dan menganjurkan kepada para pendidikan untuk betul-betul mendidik peserta didik secara baik. Sebab bila peserta didik terbiasa dengan kebaikan maka akan menjadi orang baik pula.
Upaya guru pendidikan agama Islam mendidik peserta didik agar menjadi manusia berakhlakul karimah, adalah tidak lepas dari kepribadian yang dimiliki oleh guru. Yaitu sifat teladan seorang pendidik untuk dapat menjadi panutan dan contoh bagi peserta didik dalam banyak segi. Hal ini telah sering ditekankan dalam Islam, dan Rasulullah Saw. Menjadi contoh teladan (Uswatun Hasanah) pertama.

MASALAH GURU DALAM PENERAPAN METODE
Amin mahfudh said[2]

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengantar

Dalam dunia pendidikan perencanaan dan pengarahan anak didik dalam menapaki jenjang pendidikan sangatlah urgen. Hal ini terkait dengan tuntutan masyarakat modern yang senantiasa mengikuti arah kemajuan. Salah satu komponen dalam usaha melayani tuntutan masyarakat tersebut adalah kurikulum yang sesuai dengan iklim kehidupan masyarakat konsumen pendidikan.
Kurikulum yang merupakan suatu bimbingan, perlu adanya kebutuhan untuk mengembangkannya sebagai penyesuaian tingkat kebutuhan mayarakat akan pendidikan yang layak. Adapun komponen-komponen kurikulum yang lazim dan selalu dipertimbangkan dalam pengembangan tiap kurikulum meliputi : tujuan, bahan pengajaran, proses belajar mengajar dan penilaian.
Proses pendidikan di desain sedemikian rupa untuk memudahkan peserta didik memahami pelajaran. Hampir semua dari faktor pendidikan operasionalnya dilaksanakan oleh guru. Sebagai elemen penting dalam lingkup pendidikan, keberhasilan pendidikan tergantung ditangan guru. Di tangan pendidik kurikulum akan hidup dan bermakna sehingga menjadi “makanan” yang mendatangkan selera untuk disantap menjadi peserta didik.[3]  Maka dari itu peran guru harus lebih dimantapkan dalam rangka meningkatkan pendidikan, khususnya pada pembentukan pribadi peserta didik berakhlakul karimah.

B. Rumusan masalah
1. Kesenjangan Materi Kurikulum PAI












BAB II
PEMBAHASAN

Pendidikan Islam merupakan penjabaran dari pendidikan Nasional terutama pada aspek keimanan dan ketakwaan, khususnya bagi umat Islam. Dengan demikian pelaksanaan pendidikan Islam haruslah selalu dalam konteks pwndidikan Nasional sehingga pendidikan Islam merupakan subsistem pendidikan nasional.[4] Sedangkan pengertrian pendidikan Agama Islam, secara umum sama artinya dengan pendidikan Islam, namun dalam konteks UUS-PN ( Undamg-Undang Sistem Pendidikan Nasional ), berarti mata pelajaran atau bidang studi agama Islam, sebagai salah satu kurikulum wajib bagi peserta didik muslim.[5]

A. Pengertian kurikulum
Kurikulum secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kuno. Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata Curir, artinya pelari; dan Curere artinya tempat berpacu.Curriculum diartikan “jarak” yang harus “ditempuh” oleh pelari. Mengambil makna yang terkandung dari rumusan di atas, kurikulum dalam pendidikan diartikan, sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh/diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah.[6]  Dapat diartikan secara sederhana kurikulum adalah segala pengalaman anak di sekolah di bawah bimbingan sekolah.
Hal itu juga berlaku bagi pendidikan Islam yang dituntut mampu menjawab segala persoalan yang ada di era modern ini. Lebih-lebih dalam menjawab kemerosotan moral generasi muda yang lebih mengedepankan kebudayaan asing daripada budaya Islami.

B. Metode Pengajaran Agama Islam
Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian ”cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”.[7]  Sedangkan. Metode pengajaran Agama Islam adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan Agama Islam. Kata ”tepat dan cepat” inilah yang Kata ”tepat dan cepat” inilah yang sing diungkapkan dalam ungkapan ”efektif dan efisien”. Kalau begitu metode pengajaran Agama Islam ialah cara yang paling efektif dan efisien dalam mengajarkan Agama Islam.[8]
Pengajaran yang efektif artinya pengajaran yang dapat dipahami murid secara sempurna. Dalam ilmu pendidikan sering juga dikatakan bahwa pengajaran yang tepat ialah yang berfungsi pada murid. ”Berfungsi” artinya menjadi milik murid, pengajaran itu membentuk dan mempengaruhi murid.[9]

C. Kesenjangan Materi Kurikulum PAI[10]
Analisis terhadap rencana kurikulum pendidikan agama Islam ini lebih diarahkan pada aspek materi serta tujuan-tujuan kurikulumnya. Berdasarkan karekteristik serta kelebihan dan kelemahan yang dimiliki dalam organisasinya dengan kemungkinan penerapanya.

C.1. Kemampuan Membaca Al Quran
Kemampuan membaca Al Quran yang hendak dicapai diarahkan pada penguasaan kemampuan membaca Al Quran dengan penerapan tajwidnya. Artinya para siswa pada tahap ini dipandang layak untuk menerapkan serta menguasai kemampuan membacanya, walaupun pada taraf pengenalan.
Aspek-aspek pendukung untuk keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan serta materi belajar seperti ini, perlu disediakan waktu serta sarana lainya yang diperlukan seperti Al Quran dalam jumlah yang memadai sesuai dengan jumlah siswa serta disesuaikan pula dengan tingkat kecepatan penguasaan materi pelajaran masing-masing.

C.2. Kemampuan Praktek Ibadah
Penguasaan terhadap kemaqmpuan praktek ibadak misalnya, pada siswa tujuanya diarahkan pada penguasaan konsep-konsep tentang shalat fardlu dan shalat jumat serta do’a-do’a tertentu sesudah shalat, puasa dan zakat. Pencapaian kearah tujuan-tujuan tersebut dikembangkan melalui materi pelajaran yang bersifat fakta-fakta, konsep-konsep serta kegiatan-kegiatan belajar yang dikembangkan melalui pendeatan praktis terhadap para siswa.
D. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kesenjangan Kurikulum PAI di Sekolah[11]
Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kesenjangan implementasi kurikulum selama ini , diantaranya adalah:
D.1. Persepsi Guru Agama
Menurut DN. Madley (1979) “Salah satu proses Asumsi yang melandasi keberhasilan guru dan pendidikan guru adalah penelitian berfokus pada sifat-sifat kepribadian guru. Kepribadian guru yang dapat menjadi suri teladanlah yang menjamin keberhasilannya mendidik anak”. [12] Utamanya dalam pendidikan Islam seorang guru yang memiliki kepribadian baik, patut untuk ditiru peserta didik khususnya dalam menanamkan nilai-nilai Agamis, Prof. Dr. Haidar Putra Daulay MA. Mengemukakan salah satu komponen kompetensi keguruan adalah :
“Kompetensi moral akademik, seorang guru bukan hanya orang yang bertugas untuk mentransfer ilmu (Transfer Knowledge) tetapi juga orang yang bertugas untuk mentransfer nilai (Transfer of Value). Guru tidak hanya mengisi otak peserta didik (Kognitif) tetapi juga bertugas untuk mengisi mental mereka dengan nilai-nilai baik dan luhur mengisi Afektifnya”.[13]
Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka diadakan proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, di tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu tugas dan peran guru bukan saja mendidik, mengajar dan melatih tetapi juga bagaimana guru dapat membaca situasi kelas dan kondisi dan kondisi siswanya dalam menerima pelajaran.
Pengelolaan kelas adalah semua upaya dan tindakan guru membina, memobilisasi, dan menggunakan sumber daya kelas secara optimal, selektif dan efektif untuk menciptakan kondisi atau menyelesaikan problema kelas agar proses belajar mengajar dapat berlangsung wajar.
Dengan demikian siswa dapat belajar dengan suasana yang tenang, dan aman sekaligus dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa dalam belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Wililam James (1980) yang mengemukakan bahwa: “Minat merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi efektif merupakan faktor yang menentukan ketertiban siswa secara aktif dalam belajar”.[14]

D.2. Terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki sekolah dalam kaitan munculnya kesenjangan kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah terbatasnya sarana serta fasilitas yang disediakan untk kepentingan penerapan kurikulumnya. Hubungan antara keterbatasan-keterbatasan yang ada dengan kegiatan penerapan kurikulum Pendidikan Agama Isalam disekolah bersifat sistemik, sehingga pemenuhan pada salah satu sektor tertentu dari keterbatasan ini tidak dapat mengatasi persoalan kesenjangan secara keseluruhan sebab terbentur oleh keterbatasan pada aspek yang lainnya seperti alokasi waktu yang disediaan sangat terbatas.
Keterbatasan pada faktor sarana dan fasilitas misalnya yang ada pada sekolah yang ada pada saat ini bersifat kausalitas, yakni keterbatasan pada faktor tertentu akan memunculkan kesenjangan pada proses selanjutnya, serta akan memunculkan kesenjangan pada hasil-hasil yang diperolehnya. Karena itu keadaan seperti ini perlu segera dicari jalan keluarnya, sehingga proses penerapan kurikulum itu dapat segera ditingkatkan, dengan harapan semakin tinggi proses maka akan semakin tinggi pula hasil yang diperoleh (Nana Sudjana dan Daeng Arifin, 1991).[15]



BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan

Dari uraian diatas kami menyimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi guru dalam menyampaikan metode dipengaruhi oleh banyak faktor yang kesemuanya bersifat sistemik, satu sektor dengan sektor yang lainya saling berkaitan dan berpengaruh terhadap yang lain  demi untuk mencapai tujuan pengajaran dibutuhkan faktor penunjang yang diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan yang di cita-citakan tersebut.
Dalam kaitanya dengan tenaga pengajar ( guru ) sangat penting dalam hal ini seorang guru mempunyai kompetensi dalam bidang pendidikan agama Islam, serta penguasaan materi dalam pelajaran yang menjadi spesifikasinya sebagai guru agama Islam. Dan tidak kalah pentingnya adalah faktor-faktor pendukung lain yaitu sarana pramarana yang dapat menjadi jalan lancarnya proses tranformasi ilmu pemgetahuan kepada anak didik.
Sekolah melalui pendidikan agama mestinya dapat menghantarkan para peserta didik untuk menjadi sumber daya manusia yang unggul dalam persaingan hidup di jaman global. Keunggulan sumber daya manusia itu mencakup aspek moral dan ketaqwaan di samping memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan. Karakter lainnya yang dibutuhkan adalah keuletan, keberanian, dan semangat kebangsaan. Untuk memenuhi hal di atas maka perlu diadakan kegiatan berupa pengembangan materi pelajaran yang bermuatan keimanan dan ketaqwaan (imtaq) dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

B. Saran – saran

Setelah selesainya penulisan karya ilmiah ini kami menemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dan perlu ditindak lanjuti sebagai langkah antisipasi yaitu :
  1. Mempersiapkan tenaga pengajar yang mempunyai kemampuan akademis diharapkan mampu untuk menguasai metode dan mampu mengaplikasikan.
  2. Mempersiapkan tenaga pengajar yang mempunyai kopetensi dalam bidang agama Islam.
  3. Melengkapi sarana dan prsarana sebagai faktor pendukung yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar dan mengajar.













DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Cet.I : Jakarta : Kencana, 2004).
Kusmana, Ajang .Landasan Profetik Pendidikan Islam, (Suara Muhammadiyah, No.08, 16-30 April, 2008).
Majid, Abdul dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kopetensi.(Remaja Rosda Karya.2005. Bandung.cet.ke 2).
Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, (Sinar Baru, Bandung, 1989).
Tafsir, Ahmad. Metodologi pengajaran agama Islam. (Remaja Rosda karya.bandung.1998.cet.ke 4).
Thoha,chabib dan syukur,f, priyono. Reformulasi pendidikan Islam. (Pustaka Pelajar. 1996).
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional (Cet. VI; Bandung: Rosda Karya, 1995).
                                          


[1] Ajang Kusmana, Landasan Profetik Pendidikan Islam, Suara Muhammadiyah, No.08, 16-30 April, 2008, hlm.83.
[2] Mahasiswa Institut Islam Nahdlatul Ulama’ (INISNU)  Jepara semester 06.
[3] Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Cet.I : Jakarta : Kencana, 2004), hlm. 4.
[4] Thoha,chabib dan syukur,f, priyono. Reformulasi pendidikan Islam. Pustaka pelajar. 1996. hlm. 300.
[5] Ibid. hlm. 301.
[6] Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, Sinar Baru, Bandung, 1989.hlm.4.
[7] Tafsir, Ahmad. Metodologi pengajaran agama Islam.remaja Rosda karya.bandung.1998.cet.ke4 .hlm.9.
[8] Ibid.
[9]Ibid. hlm.10.
[10] Abdul majid dan Dian andayani . Pendidikan Agama Islam Berbasis Kopetensi.remaja Rosda Karya.2005. Bandung.cet.2. hlm.173-175.
[11] Ibid. hlm. 176-178.
[12]Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Cet.I : Jakarta : Kencana, 2004), hlm. 83.
[13] Ibid., hlm. 86.
[14] Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional (Cet. VI; Bandung: Rosda Karya, 1995), hlm.22.
[15] Abdul majid dan Dian andayani . Pendidikan Agama Islam Berbasis Kopetensi.remaja Rosda Karya.2005. Bandung.cet.2.hlm.178179.

0 komentar:

Posting Komentar