Sabtu, 07 April 2012

madrasah dan masyarakat madani


Tema : Gambaran Umum Tentang Pendidikan

PENDIDIKAN BERBASIS MADRASAH DALAM RANGKA PEMBANGUNAN MASYARAKAT MADANI

Oleh : Amin Mahfudh Said
B. 228 649

Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya.[1] Pendidikan merupakan suatu yang integral dari kehidupan. Pendidikan berasal dari kata didik yang berarti memelihara dan membentuk  latihan, jadi pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[2]  Pendidikan islam dalam teori dan praktik selalu mengalami perkembangan, hal ini karena disebabkan karena pendidikan Islam secara perkembangan, hal ini karena disebabkan karena pendidikan Islam secara teoritik memiliki dasar dan sumber rujukan yang tidak hanya berasal dari nalar, melainkan juga wahyu. Kombinasi nalar dengan wahyu ini adalah ideal, karena memadukan antara potensi akal manusia dan tuntunan firman Allah Swt. Terkait dengan masalah pendidikan Islam yang tidak memiliki konsep pada umumnya yang hanya mengandalkan kekuatan akal dan budaya manusia.[3]
Kata madrasah dalam bahasa Arab berarti tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran.[4] Dalam bahasa Indonesia madrasah disebut dengan sekolah yang berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pengajaran.[5] Karenanya, istilah madrasah tidak hanya diartikan sekolah dalam arti sempit, tetapi juga bisa dimaknai rumah, istana, kuttab, perpustakaan, surau, masjid, dan lain-lain, bahkan seorang ibu juga bisa dikatakan madrasah pemula.[6]
Lembaga pendidikan dalam bentuk madrasah sudah ada sejak agama Islam berkembang di Indonesia. Madrasah itu tumbuh dan berkembang dari bawah, dalam arti masyarakat (umat) yang didasari oleh tanggung jawab untuk menyampaikan ajaran Islam kepada generasi penerus. Oleh karena itu madrasah pada waktu itu lebih ditekankan pada pendalaman ilmu-ilmu Islam.[7] Di Indonesia madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam dalam proses pengembangannya telah mengalami strategi pengelolaan dengan tujuan yang berubah disesuaikan dengan tuntutan zaman. Pada zaman sebelum kemerdekaan, madrasah dikelola untuk tujuan idealisme ukhrawi semata, yang mengabaikan tujuan hidup duniawi.
Dalam perkembangannya, madrasah yang tadinya hanya dipandang sebelah mata, secara perlahan-lahan telah berhasil mendapat perhatian dari masyarakat. Apresiasi ini menjadi modal besar bagi madrasah untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa. Dalam konteks kekinian, sekarang ini banyak sekali madrasah-madrasah yang menawarkan konsep pendidikan modern. Konsep ini tidak hanya menawarkan dan memberikan pelajaran atau pendidikan agama. Akan tetapi mengadaptasi mata pelajaran umum yang diterapkan di berbagai sekolah umum. Kemajuan madrasah tidak hanya terletak pada sdm-nya saja, namun juga desain kurikulum yang lebih canggih, dan sistem manajerial yang modern. Selain itu, perkembangan kemajuan madrasah juga didukung dengan sarana infrastruktur dan fasilitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan kegiatan belajar-mengajar di madrasah.[8]
Oleh karena itu seiring dengan tuntutan kemajuan masyarakat setelah proklamasi kemerdekaan 1945, Madrasah yang eksistensinya tetap dipertahankan dalam masyarakat bangsa, diusahakan agar strategi pengelolaannya semakin mendekati sistem pengelolaan sekolah umum; bahkan secara pragmatis semakin terintegrasi dengan program kependidikan di sekolah umum. Sebaliknya, sekolah umum harus semakin dekat kepada pendidikan agama.[9]
Pendidikan yang berlandaskan ilmu-ilmu ke-Islam-an yang mampu mengsinerjikan berbagai disiplin ilmu yang menghasilkan kemajuan baik dibidang ilmu pengetahuan itu sendiri, sosial, budaya, politik dan masih banyak lagi kemajuan yang ditimbulkan. dan pendidikan yang demikian bisa didapatkan dalam lingkup madrasah.
 Ilmu pengetahuan berpijak dan terikat pada pemikiran rasional. itulah sebabnya secara populer agama bermula dari rasa tidak percaya. Akan tetapi, titik awalnya berbeda, tidaklah berarti antara Agama dan ilmu itu dalam posisi bertentangan.[10] Sedangkan Servius berpendapat, Agama sendiri mempunyai pengertian. Bahwa Religion (agama. ed) berarti ikatan atau hubungan yaitu hubungan antara manusia dengan dzat diatas manusia, yaitu Tuhan.[11]
Sejalan dengan itulah Islam memandang kegunaan dan peranan ilmu, sehingga tida membuat garis pemisah antara Agama dan ilmu. Agama adalah nilai-nilai panutan yang member pedoman pada tingkah laku manusia serta pandangan hidupnya; ilmu adalah suatu hasil yang dicapai oleh manusia berkat bekal kemampuan-kemampuanya sebagai anugerah dari Allah yang maha pencipta.[12]
Ilmu akan menjadi alat untuk kebaikan manusia apabila manusia yang menggunakannya mempunyai akhlak yang mulia, akan menjadi sebaliknya apabila manusia yang mengunakan ilmu tanpa dasar iman dan akhlak mulia.
MASYARAKAT MADANI/CIVIL SOCEITY
            “Civil society dan/atau “masyarakat madani” merupakan salah satu upaya untuk mengerti bagaimana kita dapat menjadi bangsa negara [nation-state], yang baik.[13]  Indonesia, menurut Prof. Bernard Adeney, “sudah memiliki definisi yang cukup hebat tentang masyarakat baik atau civil atau “madani”, yaitu Pancasila.[14]
            Nurchalis Madjid, mengatakan perkataan Arab "Madinah" artinya kota, dan secara etimologis berarti "tempat peradaban". Menurutnya, pengertian Madinah mirip atau padanan perkataan Yunani "polis" seperti dalam nama kota "Constantinopel, dan "Madinah" dalam pengertiannya sama dengan "hadharah" dan "isaqarah", yang masing-masing sering diterjemahkan "peradaban" dan "kebudayaan". Kedua istilah ini  secara etimologis mempunyai arti "pola kehidupan menetap" sebagai lawan "badawah" yang berarti pola kehidupan mengembara, "nomad".  Maka perkataan "madinah", dalam peristilah modern, menunjuk kepada semangat dan pengertian "civil society", istilah Inggris yang berarti "masyarakat sopan, beradab dan teratur" dalam bentuk negara yang baik.[15]
PENGARUH MADRASAH TERHADAP PEMBENTUKAN CIVIL SOCEITY / MASYARAKAT MADANI
            Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa manusia menduduki posisi khalifah di muka bumi seperti tercermin pada Q.S. Al-Baqarah: 30, Yang artinya “Ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat: Aku akan menciptakan khalifah di atas bumi”. Manusia akan mampu mempertahankan kekhalifahannya jika ia dibekali dengan potensi-potensi yang membolehkannya berbuat demikian.[16] Tujuan hidup manusia ialah memperoleh keridhaan Allah. Jika demikian, tujuan akhir pendidikan Islam ialah manusia yang diridhai Allah SWT, yaitu manusia yang menjalankan peranan idealnya sebagai hamba dan khalifah Allah secara sempurna.[17]
            Dari pendidikan madrasah yang berbasis ilmu agama dan ilmu umum diharapkan mampu melahirkan generasi yang maju dalam ilmu dan teknologi yang pada akhirnya mampu untuk bersaing dikancah nasional maupun global, dengan tanpa mengesampingkan ketaatan terhadap agama yang akan menunjukan kejalan yang benar. apabila seorang ilmuan yang cangih dalam berbagi ilmu pengetahuan dan tekhnologi tanpa didasari dengan ilmu agama ( iman ) maka akan dihawatirkan menciptakan ilmu pengetahuan yang akan menghancurkan kehidupan manusia sebanyak-banyaknya. seperti penbdapat yang selama ini berkembang bahwasanya ilmu adalah bebas nilai. pada hakekatnya ilmu diciptakan untuk kebermanfaatan manusia sebanyak-banyaknya.
Dengan demikian suatu saat madrasah mampu memberikan out put yang cakap dengan berbagai keahlian dibidang bahasa dan kecangihan teknologi, juga yang beriman dan bertakwa. Keimanan dan ketakwaan itulah yang akan menjadi landasan hidup mereka, menunjukan tujuan hidup mereka, serta menjadi filter dalam menilai mana yang baik dan mana yang buruk pada zaman global itu.[18]
            Dengan ilmu pengetahuan manusia bisa mendayagunakan ilmu untuk menjdi sarana pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dan menciptakan lapangan pekerjaan untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain hingga dengan ilmu itu manusia dapat hidup dengan sejahtera. Melalui kemampuan dan kesadaran keilmuan tersebut manusia dapat hidup berdampingan dengan alam sebagai manifestasi bahwasanya manusia adalah rahmatan lil alamin yang membawa kebermanfaatan bagi seluruh alam, baik itu dari sisi manusia, maupun alam.
            Berbekal pendidikan yang didapat dimadrasah tentang nilai-nilai agama, yang tertuang dalam kurikulum pendidikan, maka manusia diharapkan mampu memiliki kesadaran hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara secara damai dan penuh dengan kekeluargaan, didasari kesadaran dan ketaatan terhadap hukum, tata nilai yang berlaku dimasyarakat dan taat kepada agama (kesalehan individual).
            Dengan kesadaran akan hidup bermayarakat, berbangsa dan bernegara serta ketaatan akan tata hukum yang berlaku, tidak menjadi hal yang mustahil akan adanya civil soceity / masyarakat madani yang diidam-idamkan. walaupun disadari betul tidak mudah untuk mewujudkanya.
NAMA                        : AMIN MAHFUDH SAID
ALAMAT                   : SRIKANDANG RT.01/ RW 04
                                      BANGSRI, JEPARA.
TELPON                     : 081 326 551 662
                                      085 740 052 688
PEKERJAAN             :

Susunan Asli Amin Mahfudh Said















DAFTAR PUSTAKA

Aly, Hery Noer, , 1999, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos.
Assegaf, Abd. Rachman, 2011,  Filsafat Pendidikan Islam, paradigma baru pendidikan hadhari berbasis integratif interkonektif, Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Aly, Abdullah & Djamaluddin, 1998 Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia.
Arifin, M, 1995Kapita Selekta Pendidikan : (Islam dan Umum), Jakarta: Bumi Aksara,
Madjid, Nurchalis, Kedaulatan Rakyat: Prinsip Kemanusiaan dan Musyawarah dalam Masyarakat Madani, dalam: Widodo Usman, dkk., (Editor), Membongkar Mitos Masyarakat Madani, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2000),  hlm. 79-80., dan Nurchalis Madjid, Konstitusi Madinah, From. http://www.pgi.or.id/ balitbang/ bal_06/02_saa_ xvii/10.html.,  11 September 2001.
Maksum, 1999Madrasah: Sejarah & Perkembangannya, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Nata, Abuddin, 2004, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Poerwadarminta, W.J.S. , 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. VII; Jakarta: Balai Pustaka.
Romdon, 1995, Tasawuf dan Aliran kebatinan, Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam.
Risakotta, Bernard Adeney, 2000,  Civil Society dan Abrahamic Religions, UKDW, Yogyakarta.
Sugihartono, dkk, 2007,  Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press.
suwito, 2005, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana.
Tafsir, Ahmad, 1998, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
____________, 2002, Pendidikan Agama dalam Keluarga, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.


[1] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1998), hlm. 6.
[2] Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2007), hlm. 3.
[3] Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, paradigma baru pendidikan hadhari berbasis integratif interkonektif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011), hlm. 2.
[4]Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 50.
[5] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet. VII; Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm. 889.
[6] Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2005). Hlm .214.
[7] Djamaluddin & Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1998), 23.
[9] M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan : (Islam dan Umum) (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 109.
[10] Abd. Rachman Assegaf.,op.cit.
[11] Romdon, Tasawuf dan Aliran kebatinan, (Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam, 1995), hlm. 2.
[12] Abd. Rachman Assegaf, Op.Cit., hlm. 89.
[13] Bernard Adeney-Risakotta, 2000,  Civil Society dan Abrahamic Religions, UKDW, Yogyakarta, July, 2000,hlm.1
[14] Ibid.
[15] Nurchalis Madjid, Kedaulatan Rakyat: Prinsip Kemanusiaan dan Musyawarah dalam Masyarakat Madani, dalam: Widodo Usman, dkk., (Editor), Membongkar Mitos Masyarakat Madani, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2000),  hlm. 79-80., dan Nurchalis Madjid, Konstitusi Madinah, From. http://www.pgi.or.id/ balitbang/ bal_06/02_saa_ xvii/10.html.,  11 September 2001.
[16] Maksum, Madrasah: Sejarah & Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 45
[17] Hery Noer Aly,  Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 78.
[18] Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 9.

2 komentar: